Minggu, 31 Juli 2011

DUKA SANG TANAH

 karya Diana Timoria
izinkan aku sedikit berlogika
Menjauh dan menyendiri dari ego yang merajai nusantara
Aku tak perlu kata beruntai janji pengoyak perasaan
Kebisuan mungkin menyakitkan tapi kepalsuan membekas luka yang dalam

Dulu aku tak perlu menjerit memohon hujan pemuas dahagaku
Dulu aku berhiaskan pohon yang berdiri megah dan anggun
Kini aku memikul beban berat dari bangunan kepalsuan
Yang berdiri megah berlatarkan kesombongan
Dulu kebeningan cinta dan kasih sayamg
Mengaliriku dalam kesegaran hati menusia
Tapi kini, sucinya air mataku tercemar oleh malas tau yang terpupuk dalam hati manusia

Nusantara,,,,,
Dalam kehampaan yang kumiliki
Dapat kudengar jeritan pilu dalam tangis anak negeri ini
Ada hati yang merintih terhantar dalam kesunyian malam
Ada bibir yang meratap penuh belas kasihan dalam terik mentari
Ada jiwa yang memekik menghujat sesamanya
Ada insan yang lelah mencerna semuanya dalam kepoosan

Nusantara,,,
Inikah wajahmu?
Penuh jeritan, penuh rintihan
Penuh ratapan, penuh pekikan
Penuh tanya,
Dari insan yang menjadi simbol korban alam
Akibat sesama mereka yang berpredikat "perusak alam"

Wahai kalian penghuni Nusantara
Haruskah langit dan bumi di rekatkan?
Haruskah pagi dan malam berjalan berdampingan?
Hingga tak ada batas antara kesombongan dan belas kasih
Hingga kesatuan itu melenyapkan segala batas dalam nuansa hidup kita

Nusantara,,,,
Bukankah kita tak perlu
memberi title pada pemilik kepedulian alam?

Hei,,,,,,
Kalian ada di bumi Nusantara
Dari dasar rasa dan ragaku yang telah rusak
Ku pinta: "Cintailah alam
kembalikan yang telah kalian rusak
maka dapat kuikrarkan janji
mereka yang menderita akan kembali tersenyum
dan tetap tersenyum"
 

0 komentar:

Posting Komentar