Minggu, 31 Juli 2011

Senja Temaram

karya Imelda Hebi
Masa lalu adalah sebilah kenangan
Yg kan dpt melululantakan kehadiranmu saat ini
Dan kau mungkin akan bertanya - tanya
Pada siapakah lagi kau dapat menyosong serinai napas kehidupan
Padahal kekelaman merapat terlalu cepat
Dan lembayung senja terlanjur layu
Terbujur kaku kau meratap
Akankah peraduan senja menjadi pelataran buat hati kita
Tapi waktu berlalu enggan menunggu

Read more »

SUARA DI BALIK TEMBOK

karya Oa SteflovaRyan
Tiada lagi purnama seindah malam kemarin
Yang tinggal hanyalah cerita yang masih membekas di relung hati
Serpihan cahaya merasuk hingga ke seluruh tubuhku
Remuk seluruh jiwa
Lama termakan sang waktu
Akankah ada jawabnya ?
SteflovaRyan's . . .
Sejumput kata yang tak mampu tergantikan.

Dinding ASRILARIS jadi saksi bisu kala itu...
Gelak tawa yang memecah keheningan seketika hilang disapu desiran air mata kepedihan.
Ingin teriak , , ,
Tapi, Jaka tak lagi mempedulikanku .
Kini, si dara kembali bangun dari tidur panjangnya....
Berharap tak ingin bersua pada mimpi yang sama dikala tertidur kelak.

Read more »

SUARA KEBENCIAN

karya  Umbu Spiderno

Pria pria Kami adalah jiwa jiwa yang terlahir dari karang karang kokoh
Wanita wanita kami adalah bidadari penguasa sabana
kami meneriakan “kami pemilik tanah sabana”
Dan bernyanyi dengan lantang “kami semua satu darah”

Di saat tanah kami penuhi dengan tangisan leluhur kami
Jangan salahkan kami, bila bertempur dengan DARAH!!!!

Kami memang tak punya uang
Kami pun tak punya pengawal pribadi
Apalagi memiliki sekarung emas
Tapi kami memiliki!!!
Semangat ayah ayah kami yang bertarung dengan peluh
Cinta dari air susu ibu kami

Kami di peranakan tanah ini
Di besarkan oleh kemarau panjang ini
Dan kami memang anak dari leluhur MARAPU
Yang kata kalian “penyembah batu dan pohon”
Tapi itulah kami!!!
Pemilik dan penguasa tanah ini

Dan kami peringatkan kalian!!!
DARAH ITU MERAH TUAN!!!!
Dan untuk tanah kami
Tanah pertiwi kami
Pemilik air susu ibu kami
KAMI TAK TAKUT BERTUKAR DARAH
DENGAN KALIAN WAHAI TUAN!!!!

*“tolak tambang dan radikalisasi asing di tanah sumba”

Read more »

 karya Oa SteflovaRyan
Semilir angin menyapu dedaunan
Riang menari di tengah teriknya siang
Aku yang duduk beratap jerami
Meratapi kisahku yang hampir punah di telan masa

Ada lagi dia
Yang datang bawakan segelas asa
Mencoba tuk meneguk sedikit dari yang ada
Dan
Ah, untuk apa ?
Itu hanyalah sebuah sandiwara berkelas di antara kaum mereka

(Penfui, 30 Jui 2011)

Read more »

DUKA SANG TANAH

 karya Diana Timoria
izinkan aku sedikit berlogika
Menjauh dan menyendiri dari ego yang merajai nusantara
Aku tak perlu kata beruntai janji pengoyak perasaan
Kebisuan mungkin menyakitkan tapi kepalsuan membekas luka yang dalam

Dulu aku tak perlu menjerit memohon hujan pemuas dahagaku
Dulu aku berhiaskan pohon yang berdiri megah dan anggun
Kini aku memikul beban berat dari bangunan kepalsuan
Yang berdiri megah berlatarkan kesombongan
Dulu kebeningan cinta dan kasih sayamg
Mengaliriku dalam kesegaran hati menusia
Tapi kini, sucinya air mataku tercemar oleh malas tau yang terpupuk dalam hati manusia

Nusantara,,,,,
Dalam kehampaan yang kumiliki
Dapat kudengar jeritan pilu dalam tangis anak negeri ini
Ada hati yang merintih terhantar dalam kesunyian malam
Ada bibir yang meratap penuh belas kasihan dalam terik mentari
Ada jiwa yang memekik menghujat sesamanya
Ada insan yang lelah mencerna semuanya dalam kepoosan

Nusantara,,,
Inikah wajahmu?
Penuh jeritan, penuh rintihan
Penuh ratapan, penuh pekikan
Penuh tanya,
Dari insan yang menjadi simbol korban alam
Akibat sesama mereka yang berpredikat "perusak alam"

Wahai kalian penghuni Nusantara
Haruskah langit dan bumi di rekatkan?
Haruskah pagi dan malam berjalan berdampingan?
Hingga tak ada batas antara kesombongan dan belas kasih
Hingga kesatuan itu melenyapkan segala batas dalam nuansa hidup kita

Nusantara,,,,
Bukankah kita tak perlu
memberi title pada pemilik kepedulian alam?

Hei,,,,,,
Kalian ada di bumi Nusantara
Dari dasar rasa dan ragaku yang telah rusak
Ku pinta: "Cintailah alam
kembalikan yang telah kalian rusak
maka dapat kuikrarkan janji
mereka yang menderita akan kembali tersenyum
dan tetap tersenyum"
 

Read more »

Secangkir kopi (untuk anak anak di Indonesia)

karya  Umbu Spiderno

Sore itu…
Dalam satu tegukan kopi hitam
Mataku menatap negri pertiwi

Anak anak berlari telanjang
Merebut sinar dI antara celah kaca bertingkat
Hilir mudik tanpa takut serigala
Mereka terus belari dan kini berteriak
Aku telanjang!!!
aku telanjang!!!
dan kemaluanku sudah berdarah
karna tak ada lagi tersisa
hanya darah
hanya darah

ibu ibu di trotarpun ikut berlari
menyusuri trotoar berduri emas
meninggalkan bayi mereka di antara celah tong smpah organic
mereka berteriak
dan ikut berteriak
akupun telanjang!!!
Lihatlah payudara berputing lebar mengkerut ini
Sudah menyentuh lipatan perutku
Air susukupun sudah habis!!!
Kini sudah mengeluarkan darah
Darah yang kupaksa keluarkan
Agar dahaga bayi bayi kami terpuaskan

Bayi bayi pun ikutan teriak
Terus teriak dan mulai mengguncang kaca kaca bertingkat
Serigala mulai gemetar
Deretan gigi gemeretak
Lalu..
Seorang ayah menghampiri
Mendekatkan dada bidangnya
Membiarkan bibir bayi mengulum
Semampu mereka
Menghisap
menghisap
Menggigit

Dari celah sorot mata sang ayah
Anak anak dan ibu ibu
Terus berlari dan berteriak
Aku telanjang dan aku berdarah
Tercecer dari trotoar hingga teras restoran cepat saji
dAri kolong jembatan hingga istana emas srigala

telanjang dan berdarah!!!
telanjang dan berdarah!!!
Amin ya tuhanku. Amin

Denpasar, Juli 2011
*untuk anak anak di indonesia

Read more »

Gadis kecil

karya  Umbu Spiderno

Seorang gadis kecil berjalan dalam telaga kesepian
Sendiri tanpa lentera bercahaya pengharapan
Bersandar pada sepasang kaki berbau selimut sampah
Mengejar cakrawala yang samar samar menggoda

Malam terus mencekam, menakuti dengan jari jari awan hitam
Desir desir angin meniupi air telaga sepi
Mengundang masa masa kelam, terus, terus, dan terus
Berusaha memegang jari telapak gadis menuju cakrawala samar

Masa masa kelam menhantu bersama tangisan
Melarung kesedihan berlumut di tepian telaga
Terus mengintai bayi bayi lapar
Dan menunggu mati di bawah kemaluan seragam durjana

Gadis kecil hilang perawan, tanpa lendir vagina
membasuh keringat di belahan kemaluan kambing
namanya tidak di kenali hanya berinisial perawan
meronta diam kengerian hampa amarah

Seorang gadis kecil berjalan dalam telaga kesepian
Sendiri tanpa lentera bercahaya pengharapan
Bersandar pada sepasang kaki berdarah, dan berdarah
Mengejar cakrawala yang samar samar menggoda

Dps, juli, 2011

Read more »

LELAKI SAVANAH

karya Yongky H. Suaryono dan Clasianus Mouwlaka

Berbalas Tulisan di status Clasianus Mouwlaka, 02 Januari 2011)



“Clasianus” :

Lelaki Negeri Savanah

memacu zandel di padang karang

menjemput kekasih

di terik mentari musim kemarau

dulu itu trjadi

...ketika rindu dipadu lagu cinta

Lelaki Negeri Savanah

mendayung simpan di Nangamesi

mencari belanak di padang bulan

bergandeng mesra dgn kekasih

Lelaki Negeri Savanah

dia masih ada disana

dengan segumpal rindu buat kekasih

disimpan dicelah karang dirimbun ilalang coklat

Lelaki Negeri Savanah
kaukah dia?



“Yongky” :





Lelaki Savanah turun dari pelana

menuju Nangamesi mendayung mimpi

meninggalkan sejumput janji

menuju negri di mana harga diri adalah prestasi



...lelaki Savanah tak berkuda

dan tak lagi mendayung perahu

jauh dari savana

bernyanyi di lereng merapi

tentang asal mula mimpi



Lelaki Savanah, kapan kau kembali?

di karang dan ilalang ini, mimpi masih sulit cari



Lelaki Savanah kapan kau kembali?

pinjamkan mimpi bagi anak negri ini...





“Clasianus” :





Lelaki Negeri Savanah

tak kemana

pelana masih geletak di bangga tua

dan zandel merumput di jiku sawah

tidak

...umbu tidak kemana

Nangamesi tdk terseberangi

yang pergi bukan dia

hanya muzafir di lereng merapi

meraih cinta diantara debu

yang ku tahu

ada lelaki dari Negeri para Wali

menarik kekang zandel

dengan kapauta merah

meraih dayung di Nangamesi

entah

hampir pasti

dia lelaki Negeri Savanah







“Yongky” :



Dulu ada lelaki gagah

Kabela di pinggang,tera merah di kepala

tombak di tangan kanannya, tangan kiri memegang sela

memacu kanuhu memburu sepotong daging

mulutnya memerah happa

ucapannya hampir serupa sabda

Ia disebut marambah bukan atas nama darah

tapi atas nama tanggungjawab hidup kabihu dan ata

kini berdiri megah di sudut Kambaniru

dia-kah lelaki Savanah,....



Mungkin itu lelaki Savanah

tapi bagiku adalah:



Jika leaki Tana Marapu melampaui Nangamesi

teringat bangga tempat berbagi kata

teringat talora tempat hidup bercengkerama, lalu

kembali membawa obor penerang Praingu, dialah Lelaki Savanah itu



Wahai para lelaki yang telah melampaui Nangamesi

dan menjadi musafir di tanah ilmu

pulanglah, bawalah obor pembakar mimpi

tabuhlah tambur penyengat nyali

karang, ilalang,talora, praingu, Nangamesi dan Tana Marapu menantimu



Pulanglah wahai para lelaki yg telah melampaui Nangamesi, kan kusambut dgn Kabokang serta Kalumbut penuh sirih wangi

Kan kusematkan topi rumba dan pekik kayaka....

Nyumu dumu duh angu Tau Mini Marambah Rumba

Read more »

Ingatkah engkau umbu?

 karya  Umbu Spiderno
Ingatkah engkau umbu?
Pada seorang gadis sabu
Teman hidup dahulu
Saat ragamu berupa debu

Mungkin engkau belum lupa
Pada mata sehangat telaga
Mampu membuatmu terjaga
Semenjak fajar hingga senja

Dia masih disana
Berdiri pada pelangi warna
Menanti dibawah langit jingga
Setia Pada umbu hingga keriput renta

dps, juni,2011

Read more »

Jumat, 15 Juli 2011

SIAPAKAH?

 
 karya Diana Timoria
Aku dibungkam dlm diam
menjadikan stiap kata menjadi serakan tak b'makna
menjadikan tatapan tak b'kisah
telingaku rapuh tak b'fungsi, sunyi

aku mash terdiam,
diam
dan diam
ketika kau muncul dlm semua kerapuhanku
merenggut setiap logika yg telah kupelihara,
bahkan tak kau biarkan aku sdkt b'nalar.

Pantaskah kupertanyakan
"siapa kau?"
mungkn tdk pantas,karena kau telah menjadikanku tawanan tanpa tanya.

Read more »

KERAPUHANKU

 karya Diana Timoria
Terpaan badai ini,menggoyahkanku
aku nyaris tak sanggup terus b'pijak pada filos0fiku,
aku rapuh,
tdk b'daya,
hampir tdk ku kenali siapa aku,
aku terlalu takut untk membangun sebuah keyakinan,
takut akan waktu yg terus datang yg masih terus b'misteri,
aku takut menduga hari es0k bahkan takut untk mengingat apa yg terjadi di waktu yg telah lewat.

Air mata ini terus b'kisah entah pada siapa,
terus mengalir bersama kebingunganku,

ah,,inikah jalan yg kulalui, jika memang ini,ku inginkan satu kekuatan,
Tuhan bantu aku,,,

Read more »

karya Yongky H. Suaryono

Maaf Nak...
lagi-lagi kuharus ingkar
menemanimu menikmati malam ini
untuk memainkan waktu

dan kini
memang kuharus mempertimbangkan
pertanyaan polosmu:

Mengapa Papa pulang lambat terus?

Namun sayangnya
aku puntak tahu
atas pertimbangan mana

Yg jelas tak akan kupakai lagi
jurus 'ICE CREAM'
untuk membungkam pertanyaanmu
Sebab itu pun akan mengingkari rinduku

Maaf Nak...
mainkan waktu-mu sendiri
Biar kuikat waktu-ku dalam tanya-mu
walau harus dengan segumpal sesal

Kampung Baru, 09 Juli 2011

Read more »

Senja

karya Yongky H. Suaryono

Di balik awan
Sepotong senja menghampiriku
Menyapa lewat sisa gerimis semalam
dan senja hampir kelam, kala
kuterjatuh di kaki langit
mencium wangi tanah di sela ilalang
kian kerdil aku di kaki langit
menggpai tonggak utk sekedar mendongak
Pekik hura kaum gembala, sadarkan jiwa
Yihaaa….senja ini memang milik-ku

Lai Ndeha, 10 April 2011

Read more »

Sang Ibu

 karya Martha Hebi

Hampir siang aku melihat darah yang mengalir dari rahimmu
Lalu kau tertatih-tatih menuju pemakaman
Di sini kami kering kerontang  dan jiwa melanglang tak tentu arah
Aku benci melihatmu bersimbah darah
Sakit melihatmu digunduli mesin pencabut nyawa
Lunglai sendiku, melihat jemarimu menggeletak dan segerombolan anjing berebutan remah dagingmu

Ke mana kiranya anak-anakmu, anak-anak rahimmu?
Ah mereka tidak lelap
Tunggu! Mereka akan menjahit remah dagingmu
Hingga kau tetap Sang Ibu

2072011

Read more »

UNTUK SEGARIS ELEGI PEREMPUAN SABU

karya  Jo Landi


------------------------------​-----------------
Sret...
ayunan lembut sembunyikan kokoh,
sapu berbaris lidi gemulai menari-nari,
bernyanyi pecahkan sepi,
mengoyak jaring-jaring itu,

Buk…
Satu lagi induk laba-laba terkapar mati,
Tak ada lagi jaring tua,,
Sebagai istana penjaga sepi.

Nafas debu sekap kepengapan gelap,
Iringi Pertempuran belenggu keheningan,
Kemana engkau lari,
Diantara tembok tertutup,
Sebagai garis bertepi.

Tatapan kuat terbuka mengancam,
Menguasai dinding kamar tanpa batas,
Menantang,
Menyeret wajah samar,
Tunjukan ujud,
Tak akan ada harapan engkau lepas,
Walau hanya Kelebatan bayangan,
dari samar membentuk diri,
Nyata abadi.

Perempuan itu,
Bayang-bayang dibalik gelap,
Pembelenggu jiwa,
Penunggu sepi,
Perapuh hati,
Dan membisu ragu.

Tak ada lagi penantian,
Setelah laba telah terbunuh.

…… dan seterusnya. Hahahaha... (apa di lanjut ko…?? )

* Denpasar, 05 Juli 2011
**Oleh: Yohanis Landi (Johny Landi)

http://www.yohanislandi.blogsp​ot.com/

Read more »

lelaki yang tak pernah berubah

 karya Martha Hebi

 Lelaki yang tak pernah berubah.Sore ini saya menemukan seutas benang di tepi jendela....benang berwarna kuning yang melambai-lambai tercabut dari helai baju  lelaki itu. Warnanya tetap kuning seperti belasan tahun waktu pertama menjumpainya juga di tepi jendela itu. Seperti belasan tahun lalu, selalu menikmatinya tatonya. Lelaki itu tak pernah berubah. Saya tetap selalu mengenalnya entah di mana pun dia. Lelaki itu bertato bunga. Dia berbau bunga. Lelaki yang memang tak pernah berubah..........ah saya tidak mengumpatmu, lelaki bertato bunga. huahuahauahauahahauuuuuh....lelaki yang tak pernah berubah. Aha...bukan, dia tidak bertato bunga, dia ternyata bunga, dia taman bunga! Dia yang selalu dikunjungi kupu-kupu dan lebah...ah lelaki yang tak pernah berubah.....menengoklah sedikit di timur, pohon tua itu, di tepi tamanmu. Bukankah setangkai mawar merah telah meliliti tamanmu? Setangkai mawar merah menawan, dia begitu merah dan membuatmu jadi taman bunga indah. Lelaki yang tak pernah berubah, mawar merah itu telah memasuki keabdiannya. Mawar merah itu adalah keabadiannya. Lelaki yang tak pernah berubah.....mawar merah telah menggenapi keindahannya. Dia tak  perlu kupu-kupu dan lebah untuk menjadi taman yang sempurna, dia hanya butuh setangkai mawar merah.Lelaki yang tak pernah berubah mengulurkan tangannya memetik sang mawar. Berteriak sang mawar kepada lelaki yang tak pernah berubah "Aku adalah keabadian taman ini, aku adalah taman ini. Tidakkah kau lihat merahku adalah darahku yang mengaliri taman ini?" Lelaki yang tak pernah berubah itu terpekur. Angin meniup helai rambutnya yang mulai memutih.Dia mengecup mawar merah itu. Tiba-tiba, dia melihat dirinya sudah menjadi duri setangkai mawar merah itu.Menggenapi keindahan sang mawar. Aha...saya tetap mengenalnya. Saya memetik mawar merah itu. Saya meletakkan di pangkuan lelaki yang tak pernah berubah itu....."Berikan mawar merah ini pada mawar merahmu". Lelaki itu tersenyum. Saya tak pernah laki memanggilnya lelaki yang tak pernah berubah.

Read more »

Minggu, 10 Juli 2011

karya Yongky H. Suaryono

Pasti kau bertanya,
kapan waktu berpihak sekedar memanjakan buah hati dan kebersamaan kita.
Dan jwbku pst pula sdh kau dga,
selalu itu dan itu.
Menyalahkan wktu jg tdklah bijak
sbb shrsnya kitalah yg mengelola wktu
Syngnya di genggamanku wktu sll melmpat2
tk prnh bisa kutngkap sesuai irama yg kt inginkan.
Dan pada akhirnya
aku pun hanya bisa meminta
agar kalian memaklumi,
walau kutahu sebenarnya
ini sudah sulit utk bisa dimaklumi

Read more »